Jumat, 20 Januari 2012

Jatimalang, Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo

Jatimalang adalah nama sebuah dusun di desa Kateguhan, kecamatan Tawangsari, kabupaten Sukoharjo. Mungkin di Indonesia  tidak hanya dusun ini yang memiliki nama “jatimalang”. Di daerah lain ada juga nama desa/dusun “jatimalang”, kalau tidak salah di daerah Jawa Timur juga ada nama dearah bernama Jatimalang. Di Kebumen juga ada daerah yang bernama Jatimalang. Bahkan di kabupaten Sukoharjo sendiri terdapat juga 2 daerah yang bernama Jatimalang (yang satu di daerah Mojolaban dan satu lagi ya yang ada di Tawangsari).  Namun “jatimalang” yang akan saya ceritakan kali ini adalah tanah kelahiranku yaitu Jatimalang, Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah (buat mempertegas saja).

Membaca uraian di atas, sepertinya nama Jatimalang sudah sangat “ngetrend” untuk digunakan sebagai nama berbagai daerah. Entah siapa dulu daerah yang mendeklarasikan nama Jatimalang ini tidak ada sumber yang pasti (wa allahu alam). Setiap daerah tadi pasti memiliki cerita/mitos/sejarah mengenai pengambilan nama “jatimalang” sebagai nama daerah yang bersangkutan. Untuk sejarah nama daerah jatimalang lainnya saya kurang tahu. Namun untuk asal usul nama Jatimalang kampung halamanku ada sedikit cerita. Menurut almarhumah nenek saya, nama Jatimalang diambil dari kata “jati” yang  merupakan jenis kayu dan kata “malang”(Jawa) yang berarti melintang/menghalang. Dulu konon ceritanya ada sebuah kayu jati yang besar dan terbawa arus sungai hingga menyebabkan jati tersebut melintang di sungai. Kontan masyarakat dulu langsung menamai daerah terdapatnya jati yang melintang tersebut dengan nama Jatimalang. Entahlah tentang kebenaran cerita itu (wa allahu alam). 

Cukup mudah untuk menuju dusun Jatimalang ini, pokoknya kalau sudah sampai Tawangsari cari saja tugu Tawangsari (patokan arah baku orang Tawangsari) kemudian ambil jalan ke timur kurang lebih 200 m sudah memasuki dusun Jatimalang ini. Sekilas memang tidak ada bedanya dengan dusun sekitarnya. Namun di sisi lain menyimpan berbagai keunikan baik secara geografis maupun adat istiadat. Keunikan pertama adalah dusun Jatimalang adalah dusun yang memiliki wilayah terluas di se-desa Kateguhan (kalo se-Kecamatan atau se-kabupaten kurang tahu ya peringkatnya). Karena luasnya tersebut, dusun ini pun dibagi menjadi  4 RT. Keunikan geografis lainnya dari dusun Jatimalang ini adalah wilayahnya dibelah oleh sungai di tengahnya, sungai itu biasa disebut warga dengan Sungai Kedawung. Sungai inilah yang menjadi ciri/simbol dusun ini.  Setiap Agustus seringkali diadakan lomba dayung di sungai tersebut untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. 

Photobucket
Pada dasarnya daerah di Jatimalang didominasi lahan tegal/kebun dan bahkan tidak ada lahan sawah sama sekali. Namun tidak sedikit warga yang bermata pencaharian sebagai petani, kebanyakan dari mereka memiliki sawah di luar wilayah dusun ataupun bekerja menggarap sawah orang lain. Mata pencaharian yang dominan lainnya adalah menjadi perantau ke kota-kota besar. Di sana mereka bekerja mulai dari berwirausaha  hingga karyawan. Selebihnya ada yang bekerja di seputar daerah Sukoharjo dan sekitarnya.

Kehidupan sosial di Jatimalang masih menjunjung tinggi gotong-royong. Setiap ada warga yang punya hajat ataupun ada yang meninggal. Maka seluruh warga saling membantu menyiapkan segala keperluan. Sebagai potretnya adalah ketika salah satu warga akan menikahkan anak perempuannya dan akan mengadakan pesta pernikahan atau dikenal dengan “tarub”. Maka seluruh elemen warga ikut berperan misalnya, para remaja bertugas mengedarkan undangan ke berbagai desa dan menjadi pramusaji ketika pesta diadakan dalam bahasa Jawa disebut “nyinom”. Para ibu-ibu saling baantu-membantu menyiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan dapur untuk disajikan pada tamu pesta, biasa dikenal  dengan istilah “rewang”. Sementara kaum lelaki dewasa/bapak-bapak bertugas menyiapkan segala keperluan fisik terkait “tarub” (membuat “kerun” yaitu semacam gapura gerbang dari bambu yang dibuat khusu di depan orang yang hajatan, membuat anyaman dari daun kelapa/janur, penataan kursi tamu, peminjaman keperluan tarub dll). 

Di bidang kesenian, Jatimalang juga tidak kalah. Di dusun ini ada perkumpulan gamelan yang bernama “Laras Madya” yaitu perkumpulan yang beranggotakan bapak-bapak dan beberapa ibu-ibu yang berusia sudah setengah baya (bisa disebut generasi tua) yang tetap melestarikan budaya kesenian gamelan. Beliau-beliau pun masih latihan rutin. Namun agaknya generasi muda kurang tertarik dengan kesenian sejenis ini sehingga regenerasi pemain gamelan pun sulit didapat. Selain itu ada juga kesenian “ledekan” yaitu kesenian gamelan dengan diiringi tarian oleh wanita yang disebut “ledek”. Kesenian ini biasanya disebut sebagai acara bersih desa, namun seiring bekembangnya waktu, mulai timbul perbedaan pandangan antar warga akan kesenian yang satu ini. Selain itu kearifan lokal yang masih membudaya hingga saat ini adalah “kondangan” yaitu doa bersama (secara Islam) yang dipimpin oleh seorang “modin” untuk kemudian setelah doa selesai dibagikan makanan kepada setiap yang ikut doa (biasanya berupa nasi, lauk, buah dll). Kondangan ini biasanya dilakukan rutin setiap sebulan sekali dan disebut “lapanan”. Kondangan juga dilakukan untuk acara “slametan” kelahiran, orang meninggal, menempati rumah baru, pernikahan, sunatan dll. 

Ya itulah secuil cerita dari kampung halaman saya. Kampung dimana saya dibesarkan, kampung dimana dulu saya bermain dengan teman-teman, kampung dimana penuh kedamaian dan ketentraman. Dari sini aku berawal dan kesinilah aku kembali.

Sumber: Copas www.muhrosyida.blogspot.com

Selasa, 03 Januari 2012

Kondisi Geografis Sukoharjo

Sukoharjo adalah nama sebuah kabupaten di Jawa tengah. Letaknya dibagian tenggara propinsi Jawa Tengah. Mungkin tidak banyak yang mengenal kabupaten ini karena memang notabene Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah, dengan luas wilayah kurang lebih 46.666 km2. Secara geografis terletak terletak diantara Bagian ujung timur 110. 57O LS, Bagian Ujung Sebelah Barat 110 42O LS, Bagian Ujung Sebelah Utara 7 32O BT, Bagian Ujung Sebelah Utara 7 49O 32.00O BT. Batas-batas daerahnya adalah sebagai berikut:

Timur     : Kabupaten Karanganyar
Selatan  : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan    Kabupaten Wonogiri
Barat     : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
Utara     : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Secara topografi wilayahnya terdiri atas daerah dataran rendah dan perbukitan. Oleh karena keadaan alam yang seperti itu, daerah Sukoharjo cocok digunakan untuk pertanian.  Pertanian yang diusahakan oleh penduduk adalah pertanian sawah (padi, paling dominan), pertanian tegal, kebun dan pertanian di daerah perbukitan. Sebaran penggunaan lahan adalah sebesar 45,26% untuk pertanian dan 54,74% untuk non-pertanian. 
Salah satu faktor yang mendukung pertanian di daearah ini adalah adanya aliran sungai Bengawan Solo yang menjadi sumber pengairan sawah-sawah peduduk. Namun di sisi lain, aliran sungai yang besar tersebut membawa dampak yang negatif juga terhadap beberapa daerah di Sukoharjo. Sebagai daerah aliran sungai besar, dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air dari sungai yang melintas dan sering mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan.
Iklim di Sukoharjo sama halnya dengan iklim di daerah tropis yang mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April sampai September, sementara musim penghujan terjadi antara bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.790 mm. Temperatur udara berkisar antara 230C sampai dengan 430C, dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77%. 

Sumber: www.sukoharjo.go.id